Minggu, 07 November 2010

Obama Ke UI : MARI BERSIKAP!

Selebaran KM UI; November 2010

“PEMIMPIN IMPERIALIS DUNIA DATANG, KAMPUS DILIBURKAN”

Suatu siang di awal November 2010,
terjadi sebuah obrolan ringan di sebuah rumah makan Padang :

“Obama akan datang ke UI” kata si Uda, sang penjual makanan.
“Serius Uda..!!?” tanya temannya terkejut dan bertanya-tanya.
Kemudian, Uda menyahut dan berkata “Iya, bahkan mahasiswa UI akan di liburkan juga.”
“Kalau mahasiswa saja diliburkan, bagaimana dengan nasib para pekerja proyek bangunan perpustakaan ya?”,
”Iya” sahut si Uda, ”Mahasiswa yang bayar kuliah aja di liburkan, apalagi mereka, wah mau di ungsikan kemana tuh” lanjutnya.
“He he.. Iya ya, apalagi mereka kan orang daerah, sudah tentu banyak yang gak punya saudara disini” sahut temannya,
“Bukan itu saja, para tukang ojek juga bisa kehilangan pekerjaan selama tiga hari, karena keamananya pasti sangat luar biasa.”
“Hmm.. jangan-jangan, kereta api juga ga bisa lewat stasiun UI” sahut temannya,
“Iya, dengar-dengar juga begitu” jawab si Uda.

Dari penggalan obrolan ringan di atas tergambar bahwa kedatangan pemimpin negara imperialis itu sangat merepotkan dan menyengsarakan.

MARI KITA BUKA MATA, KAWAN…

Kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama ke Indonesia pada tanggal 10 November 2011 dalam rangkaiannya setelah pertemuan G20 di Torronto, Kanada, Juni lalu, tentu perlu disikapi. Terlebih, ia akan menyampaikan kuliah umum di kampus Universitas Indonesia. Sebagai kaum terpelajar, tentu kita harus melihat dan menyikapi kedatangannya secara kritis. Seperti diketahui, AS adalah negara imperialis yang kebijakan-kebijakannya banyak menyengsarakan negara-negara dunia ketiga, seperti Indonesia. Kunjungan Obama ke Indonesia terutama ditujukan dalam rangka memperkuat kebijakan pro-modal dan pro-perang AS.

Dibawah kepemimpinan Obama, tekanan neoliberalisme terhadap negara dunia ketiga terjadi semakin kuat. Melalui G20, $1,1 miliar dikucurkan dalam stimulus ekonomi yang akan diberikan melalui IMF. Namun, pinjaman IMF ke dunia ketiga tersebut datang dengan syarat neoliberal yang kejam yang tentu saja akan berimplikasi pada penghancuran keberlangsungan kehidupan ratusan juta orang. Syarat-syarat neoliberal tersebut, adalah penjualan aset-aset rakyat (privatisasi), pembuatan area perdagangan bebas, labor market flexibility yang mengakibatkan maraknya sistem kerja kontrak dan outsourching, serta perampasan Sumber Daya Alam. Sementara para pemilik modal justru dilindungi dengan subsidi dan kucuran dana bail-out. Bailout Century yang dilakukan oleh SBY adalah sama dengan kebijakan Obama yang mengucurkan ratusan juta dollar untuk perbankan di AS. Yang ternyata uang tersebut digunakan oleh para pemilik bank untuk menaikan gajinya sendiri.

Perusahaan multi nasional Amerika Serikat seperti Exxon Mobil, Freeport, Newmont, Chevron, dll yang telah mengeruk kekayaan, menindas, dan menyengsarakan rakyat Indonesia akan semakin terbuka jalannya dengan kunjungan Obama ke Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut bergelimangan keuntungan dengan minyak, gas alam, dan emas yang dijarah dari bumi Indonesia. Sementara rakyat Indonesia semakin miskin karena harga BBM dan listrik yang terus menerus naik, Belum lagi, kerusakan lingkungan yang diakibatkan penjarahan perusahaan-perusahaan tersebut pun tidak pernah dipertanggungjawabkan. Agenda Imperialisme dan Neoliberal telah memaksa terjadinya penjarahan terhadap rakyat dan bumi kita dalam skala yang tidak terperikan, sementara elit pemilik modal semakin bergelimangan dalam keuntungan, subsidi yang masif, serta dana-dana bailout. Ketika rakyat memberontak akibat kebijakan tersebut maka politik represi dengan perang dan politik menakut-nakuti dengan isu terorisme pun dilakukan.

Afghanistan dan Irak misalnya, masa depan mereka masih kelabu sekarang. Meski AS telah menarik sebagian pasukanya dari Irak, tidak ada jaminan bahwa tahun 2011 penarikan semua pasukan akan dilakukan secara konsekuen. Yang jelas, pada secara politik dan ekonomi (meski dalam hal ekonomi tidak sepenuhnya), AS telah menancapkan kukunya di Iraq. Hal ini terbukti dari begitu bergantungnya pemerintahan Irak atas AS untuk bertahan. Bahkan mungkin bisa saja nanti mereka akan mendirikan pangkalan sebagaimana yang terjadi di Korea Selatan. Sedangkan kondisi di Afganistan pun setali tiga uang. Penambahan pasukan disana tidak menjamin keadaan akan semakin lebih baik. Pun tidak bisa dipercayai bahwa AS benar-benar bebas nilai, yang hanya mencoba menegakkan demokrasi dan keamanan dalam negeri mereka.

MARI BERSIKAP!

Dari pemaparan fakta-fakta di atas, dapat kita lihat bahwa kedatangan pemimpin imperialis dunia tersebut tidak memberi arti apa-apa selain untuk memperluas imperialisme, yang semakin rakus dan bersifat menghancurkan. Tidak ada kesejahteraan dan kedamaian yang datang dari sistem imperialis. Sebagai kaum terpelajar, adalah tugas kita untuk bersama dengan rakyat melawan imperialisme dengan mewujudkan sebuah tatanan dunia baru yang dijalankan dan dimiliki oleh rakyat mayoritas : yang tertindas dan tereksploitasi, dengan berdasar pada solidaritas, kerja sama dan penghormatan atas lingkungan.
So, what’s on your mind? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar